a a a a a a
logo
 Artikel image b9d9f 3019 154

Artikel

Artikel

Ketabahan Menghadapi Musibah Menjadikan Berkah

Ketabahan Menghadapi Musibah Menjadikan Berkah

AssalamuAlaikum Wr.Wb

Alloh Subhanahu wa Taala dengan ilmuNya yang Maha Tinggi dan HikmahNya yang Maha Sempurna menurunkan syariatNya kepada hambanya untuk kebaikan dan kemaslahatan hidup manusia.
Orang iman sebagai hamba Alloh yang selalu berpegang teguh kepada agamaNya yang bisa merasakan kebahagiaan hidup yang hakiki di dunia dan akhirat sehingga musibah dan ujian apapun yang dihadapinya tidak akan membuatnya mengeluh atau berputus asa. Karena setiap musibah dan ujian pasti ada hikmahnya. Alloh berfirman :



مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ ٱللَّهِ وَمَن يُؤْمِنۢ بِٱللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُۥ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ


Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Alloh. Dan barangsiapa yang beriman kepada Alloh, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Alloh Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. At Taghobun 64 : 11)


Imam Ibnu Katsîr Rohimahulloh berkata:
Maknanya yaitu seseorang yang ditimpa musibah dan dia meyakini bahwa musibah tersebut merupakan ketentuan dan takdir Alloh Subhanahu wa Taala, kemudian dia bersabar dan mengharapkan (balasan pahala dari Alloh), disertai (perasaan) tunduk berserah diri kepada ketentuan Alloh tersebut, maka Alloh akan memberikan petunjuk ke (dalam) hatinya dan menggantikan musibah dunia yang menimpanya dengan petunjuk dan keyakinan yang benar dalam hatinya, bahkan bisa jadi Alloh akan menggantikan apa yang hilang darinya dengan sesuatu yang lebih baik baginya.


Ibnul Qayyim Rohimahulloh dalam menjelaskan hikmah musibah :
Sesungguhnya semua (musibah) yang menimpa orang-orang yang beriman dalam (menjalankan agama) Alloh Subhanahu wa Taala senantiasa disertai dengan sikap ridha dan ihtisob (mengharapkan pahala dariNya). Kalaupun sikap ridha tidak mereka miliki maka pegangan mereka adalah sikap sabar dan ihtisob. Ini (semua) akan meringankan beratnya beban musibah tersebut. Karena, setiap kali mereka menyaksikan (mengingat) balasan (kebaikan) tersebut, akan terasa ringan bagi mereka menghadapi kesusahan dan musibah tersebut.


Inilah sikap seorang mukmin yang benar dalam menghadapi musibah yang menimpanya. Musibah membuat mukmin selalu bersikap husnuzhon (berbaik sangka) kepada Alloh dalam semua musibah dan ujian yang menimpanya.


Berikut kisah Nabiyulloh Ayyub Alaihis Salam diberi ujian sakit :


وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَى رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ فَاسْتَجَبْنَا لَهُ فَكَشَفْنَا مَا بِهِ مِنْ ضُرٍّ وَآَتَيْنَاهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُمْ مَعَهُمْ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَذِكْرَى لِلْعَابِدِينَ


“Dan (ingatlah kisah) Nabiyulloh Ayub Alaihis Salam, ketika ia menyeru kepada Rabbnya: “(Ya Rabbku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Rabb Yang Maha Penyayang diantara semua penyayang.” Maka Kami pun mengabulkan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Alloh.”
(QS. Al-Anbiya 21: 83-84)


Alloh menceritakan kesembuhan Nabiyulloh Ayyub Alaihis Salam dalam ayat berikut :


وَاذْكُرْ عَبْدَنَا أَيُّوبَ إِذْ نَادَى رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الشَّيْطَانُ بِنُصْبٍ وَعَذَابٍ ارْكُضْ بِرِجْلِكَ هَذَا مُغْتَسَلٌ بَارِدٌ وَشَرَابٌ وَوَهَبْنَا لَهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُمْ مَعَهُمْ رَحْمَةً مِنَّا وَذِكْرَى لِأُولِي الْأَلْبَابِ


“Dan ingatlah akan hamba Kami Nabiyulloh Ayyub Alaihis Salam ketika ia menyeru Rabb-nya : “Sesungguhnya Aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan.” (Alloh berfirman): “Hantamkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum.” Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan (Kami tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai fikiran.
(QS. Shaad 38 : 41- 44)


Rosululloh ShollAllohu Alaihi wa Sallam meceritakan :


إِنَّ نَبِيَّ اللَّهِ أَيُّوبَ كَانَ فِي بَلَائِهِ ثَمَانِيَ عَشْرَةَ سَنَةً فَرَفَضَهُ الْقَرِيبُ وَالْبَعِيدُ إِلَّا رَجُلَانِ مِنْ إِخْوَانِهِ كَانَا مِنْ أَخَصِّ إِخْوَانِهِ كَانَا يَغْدُوَانِ إِلَيْهِ وَيَرُوحَانِ إِلَيْهِ فَقَالَ أَحَدُهُمَا لِصَاحِبِهِ: تَعْلَمُ وَاللَّهِ لَقَدْ أَذْنَبَ أَيُّوبُ ذَنْبًا مَا أَذَنَبَهُ أَحَدٌ. قَالَ صَاحِبُهُ: وَمَا ذَاكَ قَالَ: مُنْذُ ثَمَانِيَ عَشْرَةَ سَنَةً لَمْ يَرْحَمْهُ اللَّهُ فَيَكْشِفُ اللَّهُ عَنْهُ. فَلَمَّا رَاحَا إِلَيْهِ لَمْ يَصْبِرِ الرَّجُلُ حَتَّى ذَكَرَ ذَلِكَ لَهُ قَالَ أَيُّوبُ: مَا أَدْرِي مَا تَقُولُ إِلَّا أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ أَنِّي كُنْتُ أَمُرُّ عَلَى الرَّجُلَيْنِ يَتَنَازَعَانِ فَيَذْكُرَانِ اللَّهَ فَأَرْجِعُ إِلَى بَيْتِي فَأُكَفِّرُ عَنْهُمَا كَرَاهِيَةَ أَنْ يُذْكَرَ اللَّهُ إِلَّا فِي حَقٍّ. قَالَ: وَكَانَ يَخْرُجُ إِلَى حَاجَتِهِ فَإِذَا قَضَى حَاجَتَهُ أَمْسَكَتِ امْرَأَتُهُ بِيَدِهِ حَتَّى يَبْلُغَ فَلَمَّا كَانَ ذَاتَ يَوْمٍ أَبْطَأَ عَلَيْهَا وَأُوحِيَ إِلَى أَيُّوبَ فِي مَكَانِهِ أَنِ {ارْكُضْ بِرِجْلِكَ هَذَا مُغْتَسَلٌ بَارِدٌ وَشَرَابٌ} فَاسْتَبْطَأَتْهُ فَتَلَقَّتْهُ يَنْتَظِرُوا وَأَقْبَلَ عَلَيْهَا قَدْ أَذْهَبَ اللَّهُ مَا بِهِ مِنَ الْبَلَاءِ وَهُوَ عَلَى أَحْسَنِ مَا كَانَ فَلَمَّا رَأَتْهُ قَالَتْ: أَيْ بَارَكَ اللَّهُ فِيكَ هَلْ رَأَيْتَ نَبِيَّ اللَّهِ هَذَا الْمُبْتَلَى وَوَاللَّهِ عَلَى ذَلِكَ مَا رَأَيْتُ أَحَدًا أَشْبَهَ بِهِ مُذْ كَانَ صَحِيحًا مِنْكَ. قَالَ: فَإِنِّي أَنَا هُوَ


“Sesungguhnya Nabiyulloh Ayyub Alaihis Salam mendapat cobaan selama 18 tahun, sehingga orang dekat dan jauhnya menjauhinya selain dua orang saudara akrabnya yang sering menjenguk di pagi dan sore.
Lalu salah satunya berkata kepada yang lain, “Engkau tahu, Demi Alloh, dia telah melakukan dosa yang belum pernah dilakukan oleh seorang pun.” Kawannya berkata, “Dosa apa itu?” Ia menjawab, “Sudah 18 tahun Alloh tidak merahmatinya dengan menghilangkan cobaan itu.”
Saat keduanya menjenguknya di sore hari, maka salah satunya tidak sabar sehingga menyampaikan masalah itu kepadanya. Nabiyulloh Ayyub berkata, “Aku tidak tahu apa yang kamu katakan, hanya saja Alloh mengetahui bahwa aku pernah melewati dua orang laki-laki yang bertengkar, lalu keduanya menyebut nama Alloh, kemudian aku pulang ke rumahku dan membayarkan kaffarat untuk keduanya karena aku tidak suka kedua orang itu menyebut nama Alloh untuk yang tidak hak.”
Nabiyulloh Ayyub keluar jika hendak buang hajat. Apabila ia telah selesai buang hajat, maka istrinya menuntunnya sampai ke tempat buang hajat. Suatu hari Nabiyulloh Ayyub terlambat dari istrinya dan diwahyukan kepada Nabiyulloh Ayyub di tempatnya, “Hantamkanlah kakimu, inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum.” (QS. Shaad: 42)


Istrinya menunggunya cukup lama, dia menjumpai Nabiyulloh Ayyub sambil memperhatikannya sedang berjalan ke arahnya, sementara Alloh telah menghilangkan penyakitnya, dan Nabiyulloh Ayyub dalam keadaan lebih tampan daripada sebelumnya. Saat istrinya melihat, istrinya langsung berkata, “Semoga Alloh memberkahimu, apakah engkau melihat Nabiyulloh Ayyub yang sedang diuji ini…? Demi Alloh, aku tidak melihat seorang pun yang lebih mirip ketika sehat daripada kamu…?” Nabiyulloh Ayyub menjawab, “Akulah orangnya.” (HR. Musnad Abu Ya’la)


Semoga Keluarga Multazam Utama diberi keluarga yang saling menghargai, saling tolong menolong dan sakinah mawaddah warohmah . Amin
Wassalamu Alaikum Wr.Wb




Sumber :
1. Terjemahan Al Qur’an Kementrian Agama RI
2. HR. Shohih Bukhori
3. HR. Shohih Muslim

Artikel Ketabahan Menghadapi Musibah Menjadikan Berkah
PT. TISAGA MULTAZAM UTAMA
Ruko Cempaka Mas Blok i/7
Jl. Let. Jend. Soeprapto
JAKARTA 10640
booked.net
© Copyright 2018 PT TISAGA MULTAZAM UTAMA. All Rights Reserved,
Jasa Pembuatan Website by IKTLink Mobile
Switch to Desktop Version